Kamis, 15 Maret 2018

Tugas Bahasa Inggris Bisnis 2 (Karangan Bebas)

Sepiring Spagheti untuk Hati Gayatri


Berulang-ulang kubaca diary itu dan selalu air mataku menetes...

Mama mencintai seseorang di masa lalunya. Hampir di separuh hidupnya dia membuat suatu ruang dalam hatinya untuk seseorang, tidak pernah dia membiarkan orang lain memasuki ruang itu.

Aku memasukkan diary itu ke dalam tasku. Dan mulai celingukan mencari seseorang yang baru tiba dari Belanda. Bandara tidak terlalu ramai sore ini.

"Chacha?" seorang lelaki tampan paruh baya menyapaku. Senyumannya sungguh hangat.

Aku terpana memandangnya, dia begitu tinggi, mungkin sekitar 180-an cm.

Dia mengajakku ke cafe ujung bandara. Kami minum kopi dalam diam.

"Setelah aku menerima email-mu, aku memutuskan untuk pulang ke Jakarta setelah 25 tahun kutinggalkan Jakarta"

"Tante Dhani?" dia tersenyum tipis dan agak sedih.

"Kami sudah bercerai 15 tahun yang lalu"

"Anak Om?" dia menggelengkan kepalanya 

"Kami tidak dikaruniai anak"

"Ahh.. maaf Om" dia mengibaskan tangannya, "Tidak apa, Chacha"

Dia tersenyum dan bercerita, bahwa dia melanjutkan S3 Piano di Belanda dan menghabiskan harinya dengan menjadi dosen dan menciptakan lagu-lagu.

"Kamu tahu, dulu aku sering menciptakan lagu dan mamamu yang membuatkan liriknya, dia perempuan yang sangat luar biasa" Matanya menerawang jauh, ada sedikit kebahagiaan disana, mungkin saat kenangan indah bersama mama sekelebat lewat.

" Aku turut berduka cita tentang papamu akibat kecelakaan pesawat. Sungguh, aku baru tahu berita itu."

"Om membenci mama?" tanyaku berhati-hati.

"Tidak pernah sedikitpun ada rasa benci di hatiku untuknya. Yang ada hanyalah rasa sayang. Selalu ada, sampai sekarang." dia melanjutkannya, "Aku melewati hari-hari yang gelap setelah mamamu menolaku. Aku tidak sekuat dia, dia sungguh luar biasa menekan egonya untuk kebahagiaan orang lain."

Matanya tampak berkaca-kaca, "Aku menikahi Dhani 6 bulan setelah itu. Aku hanya mendengar berita, mamamu menikah dengan papamu setahun kemudian." dia menghela nafas, "Namun, setelah aku bercerai dengan Dhani, aku menutup hatiku dan tidak mau lagi mengetahui apapun keadaan mamamu. Aku takut, aku tidak bisa menguasai akal sehatku dan menculiknya." dia tertawa kecil.

"Om.." aku berkata hati-hati, "Tahukah Om, jika mama selelu merayakan tanggal 10 Oktober setiap tahun?" dia terkesiap, menatapku lama.

"10 Oktober, tepat jam 10 malam ketika aku melamarnya"

"Ya, 10 Oktober tiap jam 10 malam, mama akan memainkan piano, Love Story"

"Dia melakukan itu setiap tahun?" aku mengangguk dan ingin mengatakan betapa hebatnya mamaku menjaga cintanya.

"Aku juga melakukan hal yang sama, 10 Oktober jam 10 malam, Love Story. Aku selalu mengenang saat itu, bermain piano sendiri."

Sekarang aku yang terpana. Ya Tuhan, mereka bagaikan jiwa yang terbelah.

Dia menarik tanganku, "Ayo sekarang kita ke rumah sakit, aku tidak sabar ingin memeluknya, menciumnya, menikahinya setelah 27 tahun, akhirnya aku bisa mendapatkan belahan jiwaku. Aku selalu teringat kata-katanya malam itu. 

'Kalau kita berjodoh, pasti Allah akan mempertemukan kita kembali. Dan jika saat itu tiba, kita sama-sama sedang sendiri dan tidak ada hati yang terluka.'

Aku menahan tangannya, "Om tidak membuka emailku 2 hari yang lalu?" mataku berkaca-kaca memandangnya. Dia menatapku, diam dan beku.

"Jangan, Chacha. Jangan katakan sesuatu yang buruk."

Aku menumpahkan air mataku dan memeluknya.

"Mama sudah pergi, Om. Dua hari lalu. Sudah pergi."




(Jakarta, 9 Februari 2010)
BOTEFILIA, PUSTAKA INTERMASA

P.S : Cerita ini saya ambil dari novel yang saya miliki karya Botefilia untuk memenuhi tugas softskill membuat karangan bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar